Kamis, 23 Februari 2012

Malam Ini

Malam ini, kembali rasanya.
Seperti ada yang menyeruak dalam hati.
Rasa rindu, cemas, sedih, menyesakkan seperti muncul begitu saja dan rasanya sakit sekali ketika harus kembali mengingat.. Mengingat nyanyian hujan bulan Desember yang terasa begitu menyakitkan.

Malam selalu memberi ketenangan. Banyak kenangan yang begitu mudah dikais dalam ruang-ruang kegelapan. Kenangan yang memang hanya layak mendekam dalam gelap itu seolah mengacung-ngacungkan telunjuknya meminta waktu untuk diingat setiap kali malam bergulir, di atas pembaringan tanpanya yang tak akan hadir.
Mungkin itu kenapa lebih banyak orang memilih menghabiskan waktunya untuk bersama dengan orang yang bisa menghibur mereka, lalu banyak orang takut pada malam, pada gelap, pada waktu dimana mata seakan buta tak mau meraba. Malam, saat hati terusik  dan tak ingin bicara, seperti isyarat yang tak mampu untuk diungkapkan.
Masih saja aku memikirkannya, malam ini detik ini juga.
Senyumnya, wajahnya, caranya menyapaku..ahh bias itu masih terpahat dalam sudut memori di hati yang sudah luka ini, memaksa untuk dingat. Seperti luka yang belum kering lalu digores kembali, menyakitkan bukan?
Tapi aku tidak tahu dimana lukaku, dimana itu tersimpan. Masih terus menyakiti diri sendiri dengan cara seperti ini, aku terlalu naïf mengakui. Aku dan dirinya berbeda, aku dan dirinya sudah memilih jalan masing-masing, dia yang memilih untuk membuat cerita ini menjadi seperti ini, Tuhan inikah yang ingin kau tunjukkan padaku?
Tuhan. Tolong aku. Lirihnya. kirimkan selalu kesehatan, kemudahan, kelancaran dalam hari-harinya bersama siapapun, kapanpun dan dimanapun. Buatlah detiknya, harinya serasa penuh bahagia, kabarkan padanya Tuhan bahwa aku ingin dia selalu tersenyum dalam apapun yang harus dia lakukan, dalam berat sekalipun. Tidak perlu Engkau beri tahu dia siapa pengirim doa itu Tuhan, cukup jaga dia dalam harinya. Jaga bahagianya. Aku sudah memafkannya..

Sungguh aku tak bisa, sampai kapanpun tak bisa
membenci dirimu, sesungguhnya aku tak mampu
sulit untuk ku bisa, sangat sulit ku tak bisa
memisahkan segala cinta dan benci yang ku rasa


“Setiap orang bisa berubah, dek” -mama
Kadang, kita hanya harus belajar melangkah pergi.

Bukan, bukan berarti bahwa kita harus menyerah dan berhenti.
Pada kenyataannya, kita tidak bisa memiliki semua yang kita inginkan.
Ada bagian yang memang untuk kita dan ada yang bukan.
...
Pergi pun bukan berarti kehilangan,
kadang hanya harus berjalan ke arah lain, yang memang untuk kita.

Mungkin yang aku bisa membuat jarak seluas-luasnya, membentangkan benteng setinggi-tingginya, mengubur dalam rasa yang pernah ada lalu menetralkan kembali semuanya, yang pernah ada. Mengubah semuanya, apa kau rasa itu mudah?
"Waktu mungkin obat yang paling baik untuk semua luka"-Manusia Setengah Salmon
Seandainya aku boleh memilih, seandainya waktu bisa diputar..Tidak. Tidak akan pernah mungkin. Mungkin setiap cerita selalu memiliki arti tersendiri dalam hati.

Entah dimana dirimu berada
Hampa terasa hidupku tanpa dirimu
Apakah disana kau merindukan aku
Seperti diriku yang slalu merindukanmu
Selalu merindukanmu
(Five Minutes-Hampa)

Bagaimanapun juga tidak banyak yang bisa dilakukan, ya tidak banyak yang bisa dilakukan untuk mengingat waktu itu. Mungkin rindu selalu mempunyai cara sendiri dan ikhlas juga memiliki jalannya sendiri, ikhlas juga memiliki waktunya sendiri.
Jadi, sudah seperti inikah warna hari? Tak perlu ada pelangi karena hujan tak kunjung tiba. Tak perlu ada semi karena musim sudah jauh tertinggal di belakang. Semua seperti kembali pada awal mula. Dari asing menuju asing. Dari biasa menuju terbiasa.
Mungkin menyakitkan, menyesakkan, tapi itu yang harus dilakukan.
Dan malam ini seperti biasa air laut menguap lagi kemudian menjadi gumpalan awan di langit yang mencatat setiap kepingan rasaku padanya, awan mencair lalu menjadi kristalan hujan, kemudian kembali menguap lagi menjadi awan, kembali lagi ke bumi menjadi tetesan air hujan, saat kau terjaga, saat kau merasakan setiap tetesannya.. Seperti itu lah cara hujan menyampaikan kepingan rinduku, kepadamu. Seperti itulah cara rindu mencari jalannya. Karena suatu saat nanti, ntah bagaimana.. semua ini akan menemukan jalannya masing-masing. Jalan terbaik dari Tuhan. Ntah bagaimana nanti jalan itu…

Kamis, 02 Februari 2012

Surat cinta untuk ibu :)

#29suratuntukfebruari
#hari2

Untuk Ibuku, permata hatiku.

            Ibu, baru saja lewat mengantarkan makanan ke kamarku. Maafkan anakmu yang masih manja ini ya bu? Akibat tugas ini kadang terlalu banyak membuat ibu kerepotan. Bu, bagaimana rasanya mengandung aku selama 9 bulan, melahirkanku dengan susah payah? Aku tahu ibu, hebat dan selamanya akan selalu begitu. Bu aku mengerti perjuanganmu begitu hebat, kuatkan ibuku ya yaAllah? Jika beliau berdosa padamu, ampunilah dosa-dosanya.
            Bu maafkan anak perempuanmu ini yang masih sering merepotkanmu sampai saat ini? Maaf bu di usiaku yang sekarang ini aku masih membuat ibu kesal denganku, kadang aku merasa tak sepaham dengan ibu, kadang aku ngambek, kadang aku marah kecil, tapi percayalah bu itu bukan aku tidak sayang padamu, tapi itu lebih pada aku belum ingin melakukan itu karena sesuatu hal.
            Bu? Maaf…maafkan aku bu, aku belum bisa menjadi anak yang bisa kau banggakan, yang bisa kau sanjungkan saat bersama teman-temanmu, keluarga.. aku lebih banyak membuat ibu repot dan kesal. Bu, maafkan aku ya? Maafkan……
            Bu terlalu banyak jasa yang harus aku balas dan sampai kapanpun tidak akan pernah bisa bu aku membalas saat kau merawat aku sejak kecil hingga umurku saat ini, maafkan aku yang masih sering risih saat ibu selalu mengirimkan pesan singkat untuk menanyakan kabarku saat aku sedang tidak di rumah. Bu.. aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi ya? Maaf ya bu maaf…
            Maafkan aku yang masih sering melanggar aturan ibu, maafkan aku yang masih sering tidak menuruti perkataan dan nasihat ibu. Bu..doakan anakmu ini ya supaya menjadi anak yang sukses?
            Maafkan aku bu saat ibu sakit saat ibu belum sehat sepenunhnya, tapi masih saja aku merepotkan ibu. Membebani ibu.
            Bu..sehat selalu ya bu, Tuhan panjangkan umur ibuku. Beri beliau selalu kesehatan dan perlindunganmu yaAllah. Amiin ya Robbal Alamin..
            Ibu terima kasih atas cinta tanpa syarat yang ibu berikan kepadaku.

Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia……

Dari, anak perempuanmu yang berusaha membahagiakanmu

Nuke


Rabu, 01 Februari 2012

Allah baca suratku ya! :)

#29suratuntukfebruari
#hari1

Untuk Allah SWT, penciptaku, pemberiku hidup.

            Allah terima kasih ya sebelumnya, Engkau telah memberiku anugerah kehidupan, tanpa ini mungkin aku tidak akan pernah merasakan indahnya hidup di bumi ini yaAllah. Dalam setiap helaan nafasku, dalam setiap denyut nadiku itu adalah kebesaran-Mu. Dalam setiap detik waktuku telah Engkau atur bukan? :) Harusnya aku tidak perlu lagi hidup di bumi ini, tapi bukankah di surga lebih baik ya Allah?   Tapi Engkau tidak ingin hambamu ini tidak bisa apa-apa, Kau turunkan hambamu di bumi ini untuk belajar kan? Untuk mengerti arti bersyukur, menjalani, keikhlasan, dan segalanya yang perlu untuk dipelajari di bumi. Untuk bertahan di bumi yang tidak mudah, tapi harus dijalani. Bukankah begitu yaAllah? Tidak pernah Kau turunkan pelangi sebelum hujan. Begitupun bila dibandingkan dengan kehidupan hambamu ini, tidak ada kebahagiaan tanpa perjuangan.
            Ya Allah maafkan hambamu yang nakal ini ya? Yang masih sering melalaikan-Mu, yang masih sering menunda waktunya untuk menghadap-Mu. Padahal sebelum aku diturunkan di bumi, aku sudah berjanji untuk selalu berbuat baik ya? Maafkan aku yaAllah karena kelalaianku…
            Terima kasih juga yaAllah telah menurunkan orang-orang yang begitu berharga di bumi ini, Engkau pasti mengerti hambamu ini tidak bisa hidup sendirian, tidak bisa apa-apa tanpa mereka..orang tua, sahabat, keluarga, dan semuanya. Terima kasih ya? Tapi hamba ingat dalam perjanjian kita dulu yaAllah, dan bukankah sudah tertulis dalam kitab-Mu, Tidak ada apapun yang abadi di dunia yang fana ini. Maka mencintaimu adalah mutlak. Karena tidak ada kebahagiaan yang hakiki tanpa-Mu yaAllah. Tapi bolehkah aku meminta yaAllah? Panjangkanlah umur mereka yang mencintaiku, orang-orang yang aku cintai dan sayangi yaAllah..
            Ribuan terima kasih dan kata maaf tidak akan pernah bisa membalas semua kebaikan-Mu yaAlla, hambamu ini memohon ampun atas segala dosanya. Pernahkah kau tahu keajaiban dunia yang sebenarnya? Keajaiban dunia adalah dimana kamu masih bisa bernafas, bisa merasakan, bisa melihat, bisa mendengar, bisa berbicara, bisa berjalan, dan tentu masih banyak kan
            yaAllah jaga orang-orang yang aku sayangi ya? Jaga hatiku agar selalu berpasrah dan berserah hanya kepada-Mu semata. Bantu aku untuk terus menghadapi kehidupan di bumi ini ya Allah-ku, Tuhan semesta alam.. lancarkanlah perjalananku…

            “Rabbighfir lii waliwaa lidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa”
“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan sayangilah kedua orang tuaku sebagaimana mereka telah memelihara / mendidikku sewaktu aku kecil.”

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran (QS 2 : 186).

Alhamdulillah atas rizki yang Engkau beri, dan rizki ini yaAllah, rzki saat aku masih bisa hidup bersama orang-orang yang aku sayangi dan sangat cintai.
"Mengapa harus jua mengejar ramalan masa depan serta meletihkan otak untuk kebingungan sia-sia? Tinggalkan kecemasan, biarkan rencana Allah menjadi rahasia-Nya semata - Dia mengatur semua tanpa harus menanyakan pendapatmu."- Omar Khayyam, The Rubaiyyat

Dari, hambamu yang sangat ingin bersamamu dalam setiap waktu
Nuke

Sabtu, 28 Januari 2012

This Is For You #part4

Hari ke lima di lembar pertama halaman 19.
Tidak ada ucapan 19 bulan darimu.
Aku menunggu, menunggu dan terus menunggu.
Pagi, siang. Hingga senja tiba aku memutuskan untuk menghubungimu lebih dulu.

Selamat 19 bulan sayang
Sengaja, tanpa emoticon, singkat. kamu tentu tau sebenarnya bagaimana perasaanku saat itu? Kamu tentu tahu sebabnya aku mengirim sms seperti itu.
1 jam 2 jam belum mendapat balasan hingga akhirnya.
Selamat 19 bulan juga sayang L
Aku tidak mengerti tanda emoticonmu itu, apa artinya.Benar-benar sedih, menyesal, atau hanya sekedar agar kamu terlihat merasa bersalah. Tapi aku tetap saja mempercayaimu, kamu tidak akan pernah mungkin berubah. Ya dari awal tidak pernah berubah mainsetku itu.
Bahkan ketika sahabat-sahabatku berkata bahwa seseorang mungkin berubah “Hati orang siapa yang tahu”. Aku tetap saja lalu dengan ungkapan itu. Aku tidak terlalu memikirkannya.

Tapi kenapa kemudian…
Kamu sangat jarang menanyakan kabarku, bahkan untuk mengirimkan sebuah pesan singkat kamu sudah jarang. Lalu kamu menjauh sayang, memang kamu tidak mengatakan itu secara langsung namun lewat sinyal dan isyarat yang kau berikan padaku harusnya aku mengerti. Namun seperti kerasnya batu aku tidak juga mau mengerti. Apa aku terlalu naif? Aku rasa ini karena aku takut kehilanganmu, takut kehilangan cintamu yang begitu manis.Dulu.

Kau tau apa artinya kehilangan ?
Yakinlah, kau tak akan pernah benar benar tahu sampai kau sendiri mengalaminya.
(Let Go - Windhy Puspitadewi)

Ketika kamu mengirimkan pesan singkat untukku rasanya saja sudah seperti surga. Aku ingin semuanya kembali baik-baik saja. Aku mencintaimu dan kamu terlihat bahagia. Menyenangkan. Lebih menyenangkan daripada coklat panas dan roti bakar coklat keju di pagi hari. Jauh lebih menyenangkan dari dua hal yang selalu kuanggap surga di setiap pagiku itu.
                Masalahnya kali ini kamu memberiku nyeri, masalahnya kali ini kamu menghempasku begitu dalam, masalahnya..aku tidak menemukan sosokmu yang dulu aku sangat banggakan, kini.Masalahnya aku memaksa kamu untuk menemuiku saat itu, saat itu. Kamu masih ingat kadoku dulu yang tidak perlu aku sebutkan disini. Semoga selalu kamu simpan ya. Atau mungkin akan kamu masukkan dalam kotak kenangan lalu kamu buang juga bersama kenangan yang lain? Jangan ya sayang, cinta kita dulu terlalu mahal jika hanya untuk kamu buang seperti itu.
                Ketika aku menangis saat menemuimu, terisak bahkan nyeri sekari rasanya di ulu hati. Bahkan kamu mematung. Saat aku memaksamu untuk kembali, banyak alasan yang logis yang kamu ungkapkan membuat aku percaya. Tapi saat itu aku tidak ingin percaya. Bukan karena aku sudah tidak mempercayaimu lagi, tetapi lebih karena aku takut kamu mengatakan hal yang sama, berjanji untuk tidak mengulangi lalu melakukannya lagi. Begitu seterusnya.
I'm not perfect? I'm too weak I can’t too highly you expect more?
Tapi apa kamu tahu aku berusaha untuk itu? Disaat kamu tidak ada aku mencoba bertahan semampu yang aku bisa, aku berusaha, aku berusaha. Tapi itu belum cukup kan sayang? Prosesku memang lama, kamu sudah tidak tahan. Mungkin.
Saat kamu membutuhkanku, aku berusaha ada. Bahkan disaat kamu mulai mencoba untuk merobohkan cintaku, aku tetap berusaha ada saat kamu butuhkan. Aku berusaha ada. Sekuat tenaga.
Tapi kenapa seakan harus aku yang mengejar, menggapaimu, tapi kau disana asyik dengan duniamu. Kamu tidak mengerti rasaku disini. Menahan dan terus menahan. Tapi kamu hanya bisa seperti itu ya seperti itu.
Apa mungkin disana kamu merasakan sakit karenaku? Merasa bagaimana? Kenapa tidak mengatakannya padaku? Takut aku marah? Takut menyakitiku? Aku rasa justru sikapmu yang sekarang inilah yang membunuhku perlahan.
Aku tetap tersenyum, tentu saja, seperti biasa. Tapi, kita berdua mungkin sama-sama tahu, itu bukan salah satu senyum favoritku, karena di sana ada nyeriku bersembunyi. Nyeri yang baru saja rasanya aku ketahui, karena entah kenapa aku merasa semua sakit yang pernah kurasakan, tidak pernah sesakit ini.
Malam itu.
Sudah pernah melihat dan mendengar caramu bercerita? Sesekali lihat, rasakan dan dengarkan. Perhatikan nada bicaramu, ekspresi wajahmu, caramu menggerakkan tanganmu, caramu membetulkan rambutmu, krah bajumu atau mungkin saat membuka jok motormu. Lihat lagi yang dulu, saat kamu memperlakukan aku sebagai wanita istimewamu. Mungkin dari sana kamu tahu, mengapa aku selalu memiliki rasa rindu.
Saat kamu diam, diam, diam dan terdiam selama itu, tidak memperdulikanku lagi. Hanya bisa diam. Ntah aku tidak mengerti apa yang sedang kamu pikirkan, apa yang ada dalam hatimu. Disana.
Tapi pernah aku membaca sebuah novel yang kutipannya. Dan punggungmu kali ini berbahasa "Kita akan baik-baik saja. Semoga. Meskipun kita tidak bersama. Tapi kita pasti berbahagia." . Lalu rasanya menyesakkan sekali, seperti ada yang menyumbat dalam aliran pembuluh darah.

Lembar ke 20……………..
Desember, 2011
Tak tahukah kamu seperih apa perasaan hati menunggu jawaban hati seseorang yang tak pasti?
Hari berganti hari, detik berganti menit tapi arah hatiku tak pernah berubah-selalu padamu. Sebenarnya aku sudah jenuh, jenuh dengan semuanya. Tapi aku terlalu lemah untuk mengambil keputusan. Aku tidak mengerti ingin mengambil langkah yang bagaimana, sekeras apapun dorongan sahabat-sahabatku, orang-orang terdekatku. Bahkan begitu tidak enak hati pada mama yang setiap hari melihatku keluar kamar dengan mata sembab. Aku berusaha menutupinya lalu gagal.
Terkadang lelah menyuruhku untuk menyerah, memintaku berhenti melakukakan perbuatan sia-sia seperti ini. Namun apakah aku sanggup menghapus bayangannya yang begitu erat bersahabat dengan otak dan hatiku?  Dan bagaimana caranay membuang rindu yang selama ini kusimpan, rindu yang tak tersampaikan. Aku berharap kamu menjawab, tapi tidak. Kamu diam membisu, tetap seperti itu. Membuatku……..

“Sebenarnya, aku juga sudah lelah seperti ini. Mencintaimu berkali-kali. Melakukan kebodohan berkali-kali. Sudah mengerti dalam hati kecilku bahwa kamu tidak lagi mencintai, tapi 'kebodohanku' ngotot untuk berlama-lama di sini. Di masa lalu. Lebih memilih tinggal dan terus sakit hati daripada melangkah lagi. Sementara ‘matahari’ menyinari tawamu, aku masih berharap suatu hari cinta akan menghujaniku. Tapi ternyata tidak terjadi. Ternyata, sudah lama kamu memutuskan untuk pergi. Ternyata, aku selama ini terus menerus menyakiti diriku sendiri.”

Aku ragu.
Aku tidak tahu harus bagaimana, setelah kamu mendiamkanku lalu kita seperti orang tidak kenal. Gelombangmu yang kini tak bisa lagi aku tangkap. Kamu berubah. Hingga aku mungkin tau kenyataan tak selalu sama seperti yang diharapkan.
Selama ini, aku selalu mengira caraku mencintaimu yang salah sehingga kamu pergi. Bukankah alasanmu yang pertama kali adalah itu? Menemukan seseorang yang tahu cara mencintaimu? Jadi, sebenarnya bukan itu? Sebenarnya hanya pada bahwa kamu tidak mencintaiku lagi? Atau apa, bagaimana? Aku tidak mengerti!
Dan mungkin puncak hujan deras di bulan Desember ini serasa mewakilkan semua keputusan ini. Tangisan ini lebih dari yang kamu lihat dulu, ketika sekarang kamu memutuskan untuk pergi sekarang, Desember 2011. Tangisan ini… Untuk tawa, untuk cerita, untuk rasa cinta dan rindunya untuk semuanya. Terimakasih telah mengajarkanku banyak hal selama ini.  Dan tangisan ini, juga tangisan 'kelegaan' untuk melepasmu. Ntah bagaimana melepasmu, aku belum pernah memikirkan cara untuk itu. Hey.. Bungamu yang dulu kamu berikan saat ulang tahunku. Kini sudah hitam, layu, kering, tak karuan. Mungkin bunga itu merasakan apa yang kini aku rasakan sekarang. Dan aku masih menyimpannya, kan?


Dan malam itu, di penghujung tahun 2011, ntah kenapa rasanya harus sesakit ini. Pangeranku, lelaki masa depanku pergi…….aku terisak, rasanya sakit sekali.

Aku tak mengerti apa yang kurasa
rindu yang tak pernah begitu hebatnya
aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu
meski kau takkan pernah tahu

aku persembahkan hidupku untukmu
telah ku relakan hatiku padamu
namun kau masih bisu diam seribu bahasa
dan hati kecilku bicara

baru kusadari
cintaku bertepuk sebelah tangan
kau buat remuk sluruh hatiku

(Dewa-Pupus)

Untuk mengobati rasa sakit ini, ntah butuh sampai kapan. Sampai kapan…..
Dulu setahun yang lalu, kamu ada disini menemaniku bercanda berdua tertawa lepas bahagia berdua dan berharap ini selamanya. Tapi kini, ntahlah semua hilang ntah kemana.
Mungkin benar..
"Suatu kali hidup melambungkanmu setinggi langit, kali lainnya hidup menghempaskanmu begitu keras ke bumi" - Autumn In Paris

Dan mungkin kini aku mengerti tidak ada cinta yang boleh berlebihan selain cinta kepada Allah SWT semata. Biarkan semua menjadi rencana-Nya semata. Dia yang mengatur kehidupan tanpa perlu menanyakan pendapatmu.
Apapun yang terjadi nanti, setelah kepergianmu ini.
Aku hanya menyerahkan pada Allah.
Doaku untukmu tidak akan pernah lupa, bahkan sebelum doa untukku sendiri. Oh tidak..doa ini bukan untuk agar kau menjadi milikku kembali, tidak sama sekali. Doa ini hanya semoga kamu bahagia dimanapun, kapanpun dan bersama siapapun. Hanya itu doaku untukmu..
“Selama dia bahagia, aku juga akan bahagia. Sesederhana itu.”
— Ilana Tan - Autumn In Paris

Dan kali ini aku merenung, menulis ini dengan tetes demi tetes air mataku karena kembali mengingat tentangmu.

Malam ini, Januari 2011.. Sebuah pesan singkat dari sahabatku..

“Dia yang kamu kenal bukan lagi dia yang kamu kenal dulu, jangan terus melihat ke belakang, memang menyakitkan, tapi mau sampai kapan buang-buang waktumu untuk terus mengingatnya? Masa depanmu masih panjang kamu masih muda. Hidupmu ini penting. Allah selalu ada di sisi kita. Allah selalu tahu yang terbaik bagi hamba-Nya. Kamu masih punya banyak orang yang sayang dengan kamu. Allah ingin kamu belajar, belajar tentang mengikhlaskan”

Mungkin suatu saat nanti… semuanya sudah tidak sama lagi. Kamu rindu momen-momen itu, tapi tidak ingin kembali lagi ke momen itu. Hanya rindu, hanya kenangan. Bukan untuk dilupakan atau dihilangkan, hanya untuk sesekali menengok ke belakang, tapi bukan untuk menetap di sana. Suatu saat nanti, tidak akan pernah ada yang tau apa yang akan terjadi. Seperti sekarang saat skenario Tuhan mengatur kita seperti ini. Mungkin..manusia boleh berencana tapi mutlak, Tuhan yang berhak berkehendak atas semuanya. Ya apapun. Bahkan kebahagiaan yang mutlak. Seperti kisahku, aku dan dia, juga kisahku, aku dan hidupku. Semua memiliki jalannya tersendiri.
Kamu pasti ingat kan indahnya kupu-kupu berasal dari seekor ulat?
Indahnya pelangi selalu datang setelah hujan?
Begitupun pagi yang cerah, pasti harus melewati malam yang kelam.
Semua ada waktunya. Semua memiliki kebahagiaan masing-masing.

Bila hujan tak mampu menghapus sosokmu dalam ingatanku, biarlah waktu yang mengikis dirimu dalam sel memoriku. Meski rasa untukmu masih begitu mengental dalam perasaan ini. Biar ruang dan waktu yang berusaha menetralkannya kembali.
"aku tidak akan melupakan dirinya, tetapi aku harus melupakan perasaanku padanya" - Autumn In Paris

Dan mungkin bila nanti kita kan bertemu lagi
Satu pintaku jangan kau coba tanyakan kembali
Rasa yang ku tinggal mati
Seperti hari kemarin saat semua disini
(Peterpan-Mungkin Nanti)

Roda kehidupan terus berputar.
"tidak ada satupun kehidupan yang sempurna di dunia ini"-here,after

This Is For You #part3

Aku belum menyerah.
Aku masih menunggu lelakiku kembali seperti dulu lagi.
Entah apa yang aku rasa..seakan menyeruakkan kenangan yang dulu. Setahun yang lalu.
Ketika ponselku bergetar.

kau mau aku apa, pasti kan ku beri
kau minta apa, akan ku turuti
walau harus aku terlelap dan letih
ini demi kamu sayang
aku tak akan berhenti
menemani dan menyayangimu
hingga matahari tak terbit lagi
bahkan bila aku mati
ku kan berdoa pada Ilahi
tuk satukan kami di surga nanti

tahukah kamu apa yang ku pinta
di setiap doa sepanjang hariku
Tuhan tolong aku, tolong jaga dia
Tuhan aku sayang dia
Seekor kelinci berlari mencari kekasihnya, dia tersesat karena tak kunjung menemukan kekasihnya. Sayang tlong balas sms ku, aku sayang banget sama kamu sayang..jangan tinggalin aku :’(

Sebuah lirik lagu dengan sedikit tambahan kata-katamu, saat aku sedang marah padamu, saat aku tak membalas sms mu saat kamu mengkhawatirkanku dan saat aku mengenangnya saat ini. Siapa yang tidak tersentuh sayang? Dengan kata-kata seperti itu, sudah pasti aku memaafkanmu. Setahun yang lalu. Ya setahun yang lalu.
Masih saja malam ini aku memikirkan lelakiku kembali. Bias sinar wajahnya seakan memasuki ruang dalam sudut memoriku yang paling dalam.
Ketika pertama kali kamu suka menonton FTV karenaku, ketika aku ingin dibelikan kalung lumba-lumba yang lucu itu lalu kamu tidak menemukan. Kamu tetap menggantinya dengan kalung panah dan cinta. Kamu yang memakaikan untukku? Yang tanda panah? Benar kan? Kalau kamu sudah tidak ingat aku akan berusaha untuk mengingatkannya.
Dan, aku tidak akan melupakan saat kamu memberikan kado valentine terspesial untukkku, coklat yang kamu buat sendiri yang kamu hias sendiri kotaknya dan kamu kemas sedemikian cantik, meluluhkanku. Tidak bisa berkata apa-apa, aku bahagia.
Yang selalu kamu ucap di setiap sms saat hari spesial kita, hari spesialku, hari spesialmu, atau kadang hanya sekedar kamu selipkan dalam pesan singkatmu untukku. Semoga ini selamanya sayang, everlasting ya, semoga kita seperti dua magnet yang ujungnya bila disatukan tidak akan pernah bisa terlepaskan, my angel.
Ketika dulu kamu bangga memamerkan hasil curianmu di fb-ku, ya fotoku. Semua kamu simpan dalam folder handphonemu, kamu sangat marah bila ada yang menghapusnya. Termasuk aku. Itu manis sekali.
Bahkan ketika saat itu, saat kita sudah berbeda sekolah kamu menjemputku lalu mengajakku berteduh saat hujan turun dengan derasnya, di sebuah pertokoan kecil kamu menarikku untuk duduk saat itu, lalu dengan gayamu yang khas itu kamu membisikkan kata sandi hapemu bahwa  itu hari jadian kita. Saat kamu menunjukkan wallpaper handphone kamu yang selalu saja wajahku, begitu saja rasanya kamu sangat bahagia kan. Waktu itu.
Yang aku suka dari jaketmu, yang aku suka dari kamu saat aromamu yang sangat khas selalu menusuk hidung, langsung ke hati. Kau mengerti? Itu salah satu memori yang berusaha kulupakan kini, ketika aku harus menutup hidung saat ada orang yang memakai parfum persis sepertimu, aku tersiksa karena harus mengingatmu kembali.
Kamu selalu tidak pernah mau melukai perasaanku, kamu yang selalu menjaga hatiku, kamu yang mengisi lembar tiap lembar catatan hidupku. Dan kamu, yang selama ini sangat aku cintai.

**********************************************************************************
Hari terakhir di lembar ke 16.

Rasanya sudah jauh berbeda, tetapi tetap sama. Bukan lelakiku yang dulu.
Sudah tidak ada lagi tawa lepasnya, tidak ada lagi senyum manisnya. Bahkan tidak ada sekedar pesan singkat “Selamat pagi” dari lelakiku.
Berusaha memendam rasa sakit ini, aku lebih banyak diam. Tapi kuakui begitu sulit mengontrol emosi hingga kadang persaan ini meluap menjadi satu dan tumpah dalam kemarahan. Tapi ini beda, ini berbeda. Ini adalah kemarahan penuh kesesakkan. Sepertinya telah menjadi onggokkan yang menyumbat tenggorokan dan membuatku begitu sesak.
Aku tidak tahu tetap tidak tahu.
Atau aku begitu naif ? Untuk sekedar mengakui bahkan mengerti apa yang sebenarnya sedang dia lakukan padaku. Apa yang sebenarnya terjadi.
Ini air mataku menetes, saat tidak lagi kamu mengucapkan selamat malam selamat tidur mimpi indah atau bahkan untuk sekedar mengatakan kalimat-kalimat indah padaku setiap malam. Kini yang kurasa hanya sesak sesak dan begitu menyesakkan tiap kali harus berbicara denganmu.
Setiap kali harus mengambil nafas panjang lalu menyimpannnya dalam dada, tidak bisa diungkapkan.
Semua cara sudah kucoba bahkan untuk meyakinkannya bahwa aku sangat mencintainya, Tapi dasar lelakiku keras kepala dia tetap diam, dia bilang dia tidak ingin menyakitiku.

Ingin sekali aku memaki. Meski anehnya tetap tak bisa kulakukan, sekalipun dalam hati.
Apa duri bisa tumbuh dalam hati tanpa akar, kawan?
Aku tetap tidak mengerti.
Atau mungkin dia disana juga merasakan sakit yang sama karenaku?
Lagi-lagi, aku tetap tidak mengerti.
Bahkan untuk sekedar mengatakan apa perasaanku saat ini, aku tetap tidak mengerti.
Lelakiku sibuk dengan dunianya, lelakiku sibuk dengan kehidupan barunya disana. Aku tidak melarang, tidak sayang. Bahkan setiap kali teman-temanmu itu mencibirku aku tetap berusaha tegar. Kamu tentu tidak tahu? Ketika aku terlihat marah, bahkan ketika kamu sudah jengkel sekali kepadaku. Sebenarnya aku memilih untuk tidak mengatakan semuanya. Memang dulu aku bilang kamu berubah, kamu tidak seperti dulu lagi tapi lagi-lagi kamu tetap mengelak. Atau kamu akan mengatakan aku akan berusaha menjadi seperti dulu lagi.
Kamu pernah menangkapi setiap tetes air mataku yang jatuh, menyulapnya, mengeringkannya, dan mengubahnya menjadi tawa.
Tapi..
Kini kamu mengubah tawa itu menjadi tetes air mata, sedikit demi sedikit. Perlahan-lahan.
Dengar ya. Aku tidak pernah menyalahkanmu lelakiku, bahkan untuk membenci perbuatanmu. Tidak sama sekali. Tapi kamu terus berkata “Maaf aku tidak bisa menjadi yang terbaik bagimu, maaf aku selalu menyakitimu.”
Selalu maaf. Sayang, maaf tidak akan pernah merubah segalanya bila kamu tidak berusaha. Bahkan berusaha memperbaiki pondasi yang mulai pupus kini tidak kamu lakukan kan?
Kamu tahu saat dulu kamu memberikan jaketmu kepadaku, kamu mengusap air mataku? Kamu memelukku. Menjagaku dalam setiap detik saat itu. Harusnya kamu mengerti perasaan ini, hanya ingin kamu sedikit kembali seperti dulu sayang….
Cuma karena sepi diartikan mati, dan luka tak boleh ada, maka manusia berpikir sudah menemukan. Entah apa…Padahal aku lelah..Dan aku telah sampai dimana aku menoleh dan menyadari..bahwa aku tak pernah menemukan apa-apa. (Cinta Pertama)

Jumat, 27 Januari 2012

This Is For You #part2

Semua terasa begitu cepat, detik menit jam seperti melewati batas wajar kecepatannnya. Wajahmu, ekspresimu, caramu memperlakukan aku selalu terngiang dalam ingatan dan hatiku. Bagaimana mungkin kita kini dipisahkan. Apa aku bisa? Aku terbiasa bersamamu dalam setiap waktu, bahkan rasanya ragamu jiwamu sudah menyatu dalam tubuhku.
Dan benar hal yang paling memilukan ketika kenyataannya kita berbeda sekolah, kita tidak bersama lagi, ini kenyataannya. Aku semakin gelisah semakin takut. Tapi lagi-lagi kamu berkata

Kita pasti bisa ketemu kok, kamu berdoa ya”
“Aku takut kamu hilang…aku takut kita ngga jodoh”
“Makannya berdoa..kalau jodoh ngga akan kemana aku juga udah janji ngga bakal ninggalin kamu, aku setia sama kamu dan aku ngga akan hilang sayang”
“aku takut sayang”
“Ngga ada yang perlu ditakutkan, jangan gelisah aku disini sayang..”

Dan seperti biasanya, kamu tenang. Kamu lebih dewasa. Iyakan?

                Kita memang berbeda sekolah, tapi hanya dalam satu kota. Walaupun begitu aku tetap saja takut, aku tidak terbiasa jauh darimu..tidak terbiasa..

1tahun3bulan, kita masih bersama..tepat di hari ulang tahunku.
Kamu datang ke perayaan ulang tahunku bersama teman-teman, sahabat, orang tua dan anak-anak panti asuhan itu. Kita bersama. Kamu masih lelakiku.
Dua hari setelah itu kamu memberikan surprise bersama teman-temanmu, aku tidak mengerti apa yang akan kamu lakukan saat itu, aku tidak mengerti ternyata kamu menyiapakan kue tart bertuliskan kamu cinta aku, kamu beri aku bunga, kamu beri aku boneka anjing putih besar dan kamu berkata “Ini anjing lagi, biar pas dulu aku juga pernah kasih anjing ke kamu biar beranak pinak”
Leluconmu saat itu benar-benar mampu meluluhkan aku. Surprisemu itu, seakan menghentikan badai dan mendatangkan kesejukan baru. Kamu mampu membuat duniaku berbeda.

                Setelah itu…aku baru merasa sebentar lagi kita masuk sekolah. Kamu dan aku masuk di dunia baru. Masa-masa SMA. Sayangnya tidak akan pernah ada lagi yang mengintip aku di kelasku melalui celah pintu kelas saat guru mengajar, tidak ada lagi yang mencuri-curi kesempatan untuk melihat aku, tidak ada yang rela menunggu aku keluar kelas bimbel, tidak ada lagi keseruan saat kita menghabiskan waktu bersama di sekolah, beretemu di kantin lalu tersipu atau pacaran diam-diam di lorong sekolah, kamu menggodaku dan aku menggodamu. Kini kita akan jarang bertemu, tapi aku masih percaya kata-katamu dulu “Kamu untuk aku dan aku untuk kamu, kita pasti bisa ketemu, semoga kita jodoh”

                Kamu masih sering menjemputku setiap sabtu sepulang sekolah, kamu masih sering mengirim pesan singkat ke dalam handphoneku, menyemangatiku, memberiku perhatian. Mengucapkan selamat tidur setiap malam.
                Kamu juga masih menyempatkan diri untuk menemuiku, atau untuk sekedar menjemputku di sekolahku lalu mengajakku makan atau sekedar jalan bareng.

Lembar ke 16 bulan dalam hubungan kita…

Sudah kukatakan sebelumnya, inilah diriku, yang selalu mencintaimu tanpa ada cela satupun. Sudah kujelaskan, bahwa apapun akan kuserahkan hanya untukmu. Namun….

Namun sekarang.. Yang kumiliki hanya jiwa. Ragaku sudah tak bersamaku lagi. Aku sudah terlalu lelah dengan semua ini. Mungkin, inilah akibat aku terlalu mencintainya. Oh, tunggu… Cinta? Apa yang kutau tentang cinta? Apakah aku benar-benar memilikinya? Apakah selama ini aku sudah terbunuh oleh cinta semu?

Tapi kemudian aku bertanya-tanya, sebenarnya cinta yang indah seperti yang dia bilang itu cinta yang bagaimana ? dan seperti apa ? Kenapa cinta yang kurasakan saat ini terasa begitu berbeda dengan cerita tentang cinta sebelumnya ?
Cintaku ini menyesakkan. Rasanya seperti tidak ada matahari di bulan Juni, dan digantikan oleh tetesan hujan bulan Desember yang terasa turun setiap hari. Dingin dan membekukan. Membuat saraf ini mati rasa.

Lelakiku sudah berubah, dia bukan lelakiku. Tidak ada lagi pesan singkat darinya, tidak ada lagi suapan romantis darinya untuk aku yang manja ini. Bahkan saat dia menjemputku pulang sekolah itu tidak dari hatinya, karena dia sibuk. Ini yang kutakutkan. Dan terjadi sekarang.

Lelakiku kasar, lelakiku bukan yang dulu. Semua terasa berbeda dan tak sehangat dulu, dia bilang aku tidak dewasa, aku berlebihan. Tapi bukankah itu tidak menjadi masalah baginya dulu? Apa aku yang keterlaluan? Kenapa kamu tidak mengatakan ini dulu, jauh sebelum perasaan ini menyatu terlalu dalam. Kenapa baru sekarang kamu berubah? Menjauh dariku tapi kamu berkata ini karena sekolahmu benar-benar tak punya waktu luang. Aku berusaha memahami, memafkanmu bahkan ketika kamu mulai membentakku dengan kasar. Aku hanya berfikir bahwa kamu sedang lelah dan kamu marah demi kebaikanku juga. Aku berusaha tetap mencintaimu.

Tapi kenapa makin lama rasanya begitu menyesakkan, pertama kalinya kamu melupakan tanggal jadianku denganmu, hal yang sangat tidak kusangka bakal kamu lakukan. Aku berpikir kamu lupa karena sibuk pada sekolahmu itu.

Aku mencoba menghubungimu malam itu, tapi kamu seperti tidak suka denganku. Kamu menjawab asal. Tidak ini bukan lelakiku, mungkin dia sedang lelah. Aku menangis malam itu, entah kenapa rasanya seperti ada sebuah duri kecil yang menembus kulit. Membuat perih. Namun sayangnya kau tidak tau di bagian mana duri itu menancap. Lalu membiarkan duri itu tetap di dalam, sakit dan berdarah. Luka yang tak terlihat. Menyakitkan.

When you're gone
The pieces of my heart are missing you
When you're gone
The face I came to know is missing too

When you're gone
The words I need to hear to always get me through
The day and make it ok
I miss you

(Avril Lavigne- When you’re gone)

This Is For You #part1

This is for you


………all walks of life
has a secret

Have you ever felt?
fall in love too deeply and lost?

Pernah kamu ingat? Saat kita pertama kali bertemu, kamu menggodaku bersama lelakiku dulu, aku menggodamu bersama wanitamu dulu. Dulu. Satu tahun yang lalu.
Saat kamu bersama wanitamu, aku bahagia bersama lelakiku lalu roda kehidupan berputar dan aku bersamamu. Lucu, saat melihat dulu kamu menggodaku dengan lelakiku lalu kini kamu yang menemaniku, kamu yang menggantikannya. Hidup memang terlihat lucu bukan?
Lalu ingat saat kamu mendekatiku. Aku salah tingkah, gelagapan hingga pop ice rasa strawberry kesukaanku dulu meluber dari mulutku, memalukan. Lalu kamu tertawa. Indah sekali.
Saat teman-temanmu dulu menggoda kita, memasang masangkan kita. Hingga pada bulan itu kamu menawarkanku sebuah penawaran yang romantis sekali. “Maukah kamu menjadi kekasihku?” Lalu aku tersenyum kecil, tidak menolak.

Pertama kali setelah aku menerima cintamu, kamu mengajakku untuk pulang bersamamu, aku wanitamu saat itu. Saat itu, ketika harus berjalan kaki bersamamu tanpa kendaraan yang kamu miliki sekarang. Menyenangkan bukan? Ketika kamu menawarkan untuk membawakan buku-bukuku yang terlihat berat lalu aku tersipu malu dan mengatakan “Tidak usah”. Lalu kamu memaksa dan aku memberikannya. Kamu menunggu angkutan, menunggu aku naik lalu mengucapkan “Hati-hati di jalan” lalu kamu melambaikan tangan. Seperti itu saja sudah buat aku melayang.
Lalu saat ada semut di krah seragammu, lalu aku tak berani menyingkirkannya. Hingga saat semut itu akan menyelinap masuk dalam lehermu aku berani untuk mengatakan “Itu ada semut” lalu kamu menyingkirkannya, dan tersenyum kepadaku. Ini hal kecil yang mungkin telah kamu lupakan, tapi memori otakku terlalu sulit untuk melupakan bagian kecil ini.
Kamu tahu aku tak berani menyebrang lalu kamu antarkan, saat pertama kamu memegang tanganku. Saat itu, seperti angin yang datang pada musim panas. Dan sahabat-sahabatku melihat dari jauh lalu menunjuk kita, dan kita tersipu malu dan lanjut berjalan. Hey, apakah ini juga kamu lupakan? Kalau tidak terimakasih masih mengingatnya.

Pertama kali kamu mengajak aku ke sebuah tempat yang indah. Kamu ingin meletakkan moment pertama yang indah dalam hatiku dan dalam otakku yang paling dalam. Kamu tentu tidak melupakan ini. Saat kita berdua bersama di tempat itu, tempat pertama kita. Aku selalu mengingatnya bahkan ketika kamu berusaha menghapusnya. Saat aku berusaha memotret kamu dengan kamera ponselmu merek Sony keluaraan lama, lalu kamu berusaha menghindar dan marah kecil saat aku berusaha mengambil gambarmu. Ugh..ekspresimu saat itu masih membekas.
Ohya, itu saat kamu sudah punya kendaraan bukan? Kamu senang karena bisa mengantarkanku, kamu bahagia. Dan aku bahagia juga tentunya, karena bahagiamu bahagiaku.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Benar kan saat bangun pagi pada saat dulu itu, terasa berat sekali karena mimpi indah akibat keromantisan sms mu semalam. Dengan nama kontak yang sangat lucu hasil karanganku, kamu selalu memanggilku dengan sebutan itu. Aku kreatif, kamu tidak. Haha. Masih terasa lucu.
Saat di sekolah, aku melihatmu dari pintu kelasmu kamu melihatku. Berharap bel pulang dibunyikan lebih cepat agar bisa menemuimu lebih cepat tentunya.
Aku masih ingat bahkan pertama kali kita pulang malam bersama saat kita duduk di bangku kelas 8 SMP, saat itu kamu menjemputku sehabis buka bersama. Kamu menyetir dengan cepat lalu aku merangkulmu. Kamu masih ingat bahkan dimana tempatnya? Yakan?
Saat kita terasa lebih dekat saat kita sudah lama bersama, tanpa terasa.. ya tanpa terasa waktu begitu cepat. Hingga sampai pada hari ulang tahunku dan 3 bulan kita bersama, kamu menghadiahkan sebuah boneka kucing yang tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar, dengan kumis lucu sekali, warna kuning. Kamu tentu berharap aku menyukainya bukan? Aku sangat menyukainya, sayang. Walaupun kamu memberikannya terlambat kurasa itu bukan sesuatu yang penting. Saat ulang tahunmu aku juga menghadiahkan terlambat kan. Dengan secarik kertas bertuliskan cinta di dalamnya, yang selalu kamu simpan dalam meja belajarmu yang kamu amankan agar tidak rusak. Kamu selalu menyukainya. Itu kertas favoritmu saat itu.
                Kamu selalu membuat dunia terasa indah, kamu yang selalu membuat tidak ada hujan di bulan Desember, semua tergantikan oleh pesona matahari di bulan Juni.


                *******************************************************************
Setahun..
Happy Anniversary..
Kamu beri aku surprise sebuah boneka anjing yang matanya sebenarnya dua tapi karena bulunya tebal jadi terlihat seperti satu. Kamu tertawa karena ini kan waktu itu?
Waktu itu kamu suruh aku menutup mataku? Lalu TARA! Kamu menaruh boneka itu dengan angun sekali saat kita makan di sebuah restoran.
Setahun..
Banyak yang berubah, kini aku mengenalmu lebih dekat
Aku mengenal keluargamu, aku mengenal karaktermu, aku mengenalmu lebih dari dulu yang aku tahu, setahun yang lalu.
                Kamu tidak berubah, masih mencintaiku. Masih setia kepadaku. Masih menyayangiku tulus cinta seperti dulu. Kamu bilang aku berbeda bukan? Kamu bilang aku istimewa, aku segalanya. Kamu buat aku seperti putri saat itu. Aku mencintaimu.
Aku bahagia dengamu, Bersama kamu, dengan kamu, dengan janjimu yang menjanjikan itu aku berharap, aku bermimpi dan betapa indah bila mimpi itu diwujudkan bersama kamu. Benar, pelan pelan aku merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin sejuk, aku semakin bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi.
Tapi tahukah kamu sebenarnya rasa itu sudah terasa berbeda semenjak setahun hubungan kita? Terbawa oleh nafsu, aku tak merasakan sayapku yang mulai tertempel salju, makin lama makin tebal. Lalu hanyut dalam tumpukan salju itu.
Lalu saat kita mulai harus fokus pada Ujian Nasional, kita break, aku merasa jauh dari kamu tapi kamu meyakinkanku “Ini hanya sementara, sayang”. Aku percaya kamu dan kamu tidak mungkin meninggalkanku.
Dan.. ingatkah saat momen ujian nasional selesai begitu menyenangkan, lalu kita berlibur ke Bali. Terlalu banyak yang harus diingat disana, saat kita naik boat bersama, disana berdua, menghabiskan waktu bersama. Tapi bagiku ada momen terselip disitu, momen yang sangat membuat lidahku kelu, tak tau harus berkata apa. Saat kamu menemaniku di kapal, saat aku sakit kamu menjagaku. Kamu bersamaku. “Tenang sayang ada aku disini”.
Kamu menjagaku bahkan ketika sampai di Malang, handphone ku tak berhenti berdering sms dari kamu telfon dari kamu yang menanyakan kabarku. Saat aku tidur dan sahabatku yang membalasanya. Ketika aku turun dari bis kamu menjemputku, menungguku sampai Ayah menjemputku. Kamu sendiri belum pulang, kondisimu sendiri tidak terfikirkan. Aku tetap aku yang kamu dahulukan. Itu kebiasaan burukmu sayang.
Aku selalu mengingatnya, saat kamu harus melepas jaketmu untukku, agar aku tidak kehujanan. Saat kamu marah sekali kepadaku karena aku tidak mau memakai mantel, saat kamu rela memegangi kakiku smbil menyetir motor ketika aku ketiduran di motormu waktu aku kelelahan, saat kamu selalu menarik hidungku menjahili aku dengan tingkah lucumu, saat kamu menyuapi aku dengan manja, saat kamu harus bermain lempar botol saat pameran kelas untuk membuatku tertawa, saat kamu menemaniku kemana pun.  Saat kamu selalu ada di sisiku, saat kamu cemburu, saat kamu membuatku tertawa, saat kamu mencuri pandangan ke arahku di setiap saat kiat berjumpa, saat penampilan musik di sekolah kamu memotretku pdahal kamu tahu penampilanku jelek, kamu selalu menyemangatiku kamu ada buatku, saat kamu rela kakimu aku injak agar sepatuku tidak kotor saat kita berteduh di tanah becek dan saat semuanya..saat kita buka bersama.. saat aku ke rumahmu bersama kakak sepupumu untuk liburan bersama. Saat semuanyaaaa, semuanya sayang. Terlalu banayk untuk aku tulis, berlembar-lembar tidak akan mampu menuliskan semuanya. Bahkan angin di bulan Januari ini itu adalah rinduku untuk saat-saat bersamamu. Bersamamu.

Dan saat-saat kelulusan semakin dekat, aku semakin takut… Aku semakin takut jauh darinya, aku semakin takut dengan perpisahan ini…

Saat wisuda pun tiba. Ini terakhir aku bertemu dengan kamu, terakhir kita bersama, kita bertemu walaupun kamu berkata “Tenang sayang, tenang kita pasti ketemu kok walaupun kita beda sekolah nantinya”. Aku tidak bsia tenang, keraguan ini masih menerobos dalam dinding-dinding penguat ini. Sedih rasanya, harus berpisah. Tapi apa yang bisa kuperbuat? Selain menerimanya. Huh aku menghembuskan nafas..
Tapi aku senang saat setelah momen wisuda itu kita masih bertemu untuk mengambil SKHU di sekolah, aku melihatmu lelakiku yang kurindukan. Masih ingat kan saat aku memberikan bola-bola cokelat spesial bikinanku lalu kamu memakannya dengan lahap? Karena kamu bilang eini enak karena dibuat dengan cinta. Aku bahagia sekali..sebelum akhirnya kita benar-benar harus pulang saat itu. Tidak, kita tidak akan bertemu lagi dalam satu sekolah. Kita tidak akan sedekat dulu lagi kekasihku, lelaki perkasaku. Kita tidak akan bisa seperti dulu lagi. Tapi lagi-lagi kamu bilang bahwa semua akan baik-baik saja dengan lelah aku berusaha mempercayainya. Aku berusaha dengan tetesan air mata perpisahanku saat itu.