Sabtu, 28 Januari 2012

This Is For You #part4

Hari ke lima di lembar pertama halaman 19.
Tidak ada ucapan 19 bulan darimu.
Aku menunggu, menunggu dan terus menunggu.
Pagi, siang. Hingga senja tiba aku memutuskan untuk menghubungimu lebih dulu.

Selamat 19 bulan sayang
Sengaja, tanpa emoticon, singkat. kamu tentu tau sebenarnya bagaimana perasaanku saat itu? Kamu tentu tahu sebabnya aku mengirim sms seperti itu.
1 jam 2 jam belum mendapat balasan hingga akhirnya.
Selamat 19 bulan juga sayang L
Aku tidak mengerti tanda emoticonmu itu, apa artinya.Benar-benar sedih, menyesal, atau hanya sekedar agar kamu terlihat merasa bersalah. Tapi aku tetap saja mempercayaimu, kamu tidak akan pernah mungkin berubah. Ya dari awal tidak pernah berubah mainsetku itu.
Bahkan ketika sahabat-sahabatku berkata bahwa seseorang mungkin berubah “Hati orang siapa yang tahu”. Aku tetap saja lalu dengan ungkapan itu. Aku tidak terlalu memikirkannya.

Tapi kenapa kemudian…
Kamu sangat jarang menanyakan kabarku, bahkan untuk mengirimkan sebuah pesan singkat kamu sudah jarang. Lalu kamu menjauh sayang, memang kamu tidak mengatakan itu secara langsung namun lewat sinyal dan isyarat yang kau berikan padaku harusnya aku mengerti. Namun seperti kerasnya batu aku tidak juga mau mengerti. Apa aku terlalu naif? Aku rasa ini karena aku takut kehilanganmu, takut kehilangan cintamu yang begitu manis.Dulu.

Kau tau apa artinya kehilangan ?
Yakinlah, kau tak akan pernah benar benar tahu sampai kau sendiri mengalaminya.
(Let Go - Windhy Puspitadewi)

Ketika kamu mengirimkan pesan singkat untukku rasanya saja sudah seperti surga. Aku ingin semuanya kembali baik-baik saja. Aku mencintaimu dan kamu terlihat bahagia. Menyenangkan. Lebih menyenangkan daripada coklat panas dan roti bakar coklat keju di pagi hari. Jauh lebih menyenangkan dari dua hal yang selalu kuanggap surga di setiap pagiku itu.
                Masalahnya kali ini kamu memberiku nyeri, masalahnya kali ini kamu menghempasku begitu dalam, masalahnya..aku tidak menemukan sosokmu yang dulu aku sangat banggakan, kini.Masalahnya aku memaksa kamu untuk menemuiku saat itu, saat itu. Kamu masih ingat kadoku dulu yang tidak perlu aku sebutkan disini. Semoga selalu kamu simpan ya. Atau mungkin akan kamu masukkan dalam kotak kenangan lalu kamu buang juga bersama kenangan yang lain? Jangan ya sayang, cinta kita dulu terlalu mahal jika hanya untuk kamu buang seperti itu.
                Ketika aku menangis saat menemuimu, terisak bahkan nyeri sekari rasanya di ulu hati. Bahkan kamu mematung. Saat aku memaksamu untuk kembali, banyak alasan yang logis yang kamu ungkapkan membuat aku percaya. Tapi saat itu aku tidak ingin percaya. Bukan karena aku sudah tidak mempercayaimu lagi, tetapi lebih karena aku takut kamu mengatakan hal yang sama, berjanji untuk tidak mengulangi lalu melakukannya lagi. Begitu seterusnya.
I'm not perfect? I'm too weak I can’t too highly you expect more?
Tapi apa kamu tahu aku berusaha untuk itu? Disaat kamu tidak ada aku mencoba bertahan semampu yang aku bisa, aku berusaha, aku berusaha. Tapi itu belum cukup kan sayang? Prosesku memang lama, kamu sudah tidak tahan. Mungkin.
Saat kamu membutuhkanku, aku berusaha ada. Bahkan disaat kamu mulai mencoba untuk merobohkan cintaku, aku tetap berusaha ada saat kamu butuhkan. Aku berusaha ada. Sekuat tenaga.
Tapi kenapa seakan harus aku yang mengejar, menggapaimu, tapi kau disana asyik dengan duniamu. Kamu tidak mengerti rasaku disini. Menahan dan terus menahan. Tapi kamu hanya bisa seperti itu ya seperti itu.
Apa mungkin disana kamu merasakan sakit karenaku? Merasa bagaimana? Kenapa tidak mengatakannya padaku? Takut aku marah? Takut menyakitiku? Aku rasa justru sikapmu yang sekarang inilah yang membunuhku perlahan.
Aku tetap tersenyum, tentu saja, seperti biasa. Tapi, kita berdua mungkin sama-sama tahu, itu bukan salah satu senyum favoritku, karena di sana ada nyeriku bersembunyi. Nyeri yang baru saja rasanya aku ketahui, karena entah kenapa aku merasa semua sakit yang pernah kurasakan, tidak pernah sesakit ini.
Malam itu.
Sudah pernah melihat dan mendengar caramu bercerita? Sesekali lihat, rasakan dan dengarkan. Perhatikan nada bicaramu, ekspresi wajahmu, caramu menggerakkan tanganmu, caramu membetulkan rambutmu, krah bajumu atau mungkin saat membuka jok motormu. Lihat lagi yang dulu, saat kamu memperlakukan aku sebagai wanita istimewamu. Mungkin dari sana kamu tahu, mengapa aku selalu memiliki rasa rindu.
Saat kamu diam, diam, diam dan terdiam selama itu, tidak memperdulikanku lagi. Hanya bisa diam. Ntah aku tidak mengerti apa yang sedang kamu pikirkan, apa yang ada dalam hatimu. Disana.
Tapi pernah aku membaca sebuah novel yang kutipannya. Dan punggungmu kali ini berbahasa "Kita akan baik-baik saja. Semoga. Meskipun kita tidak bersama. Tapi kita pasti berbahagia." . Lalu rasanya menyesakkan sekali, seperti ada yang menyumbat dalam aliran pembuluh darah.

Lembar ke 20……………..
Desember, 2011
Tak tahukah kamu seperih apa perasaan hati menunggu jawaban hati seseorang yang tak pasti?
Hari berganti hari, detik berganti menit tapi arah hatiku tak pernah berubah-selalu padamu. Sebenarnya aku sudah jenuh, jenuh dengan semuanya. Tapi aku terlalu lemah untuk mengambil keputusan. Aku tidak mengerti ingin mengambil langkah yang bagaimana, sekeras apapun dorongan sahabat-sahabatku, orang-orang terdekatku. Bahkan begitu tidak enak hati pada mama yang setiap hari melihatku keluar kamar dengan mata sembab. Aku berusaha menutupinya lalu gagal.
Terkadang lelah menyuruhku untuk menyerah, memintaku berhenti melakukakan perbuatan sia-sia seperti ini. Namun apakah aku sanggup menghapus bayangannya yang begitu erat bersahabat dengan otak dan hatiku?  Dan bagaimana caranay membuang rindu yang selama ini kusimpan, rindu yang tak tersampaikan. Aku berharap kamu menjawab, tapi tidak. Kamu diam membisu, tetap seperti itu. Membuatku……..

“Sebenarnya, aku juga sudah lelah seperti ini. Mencintaimu berkali-kali. Melakukan kebodohan berkali-kali. Sudah mengerti dalam hati kecilku bahwa kamu tidak lagi mencintai, tapi 'kebodohanku' ngotot untuk berlama-lama di sini. Di masa lalu. Lebih memilih tinggal dan terus sakit hati daripada melangkah lagi. Sementara ‘matahari’ menyinari tawamu, aku masih berharap suatu hari cinta akan menghujaniku. Tapi ternyata tidak terjadi. Ternyata, sudah lama kamu memutuskan untuk pergi. Ternyata, aku selama ini terus menerus menyakiti diriku sendiri.”

Aku ragu.
Aku tidak tahu harus bagaimana, setelah kamu mendiamkanku lalu kita seperti orang tidak kenal. Gelombangmu yang kini tak bisa lagi aku tangkap. Kamu berubah. Hingga aku mungkin tau kenyataan tak selalu sama seperti yang diharapkan.
Selama ini, aku selalu mengira caraku mencintaimu yang salah sehingga kamu pergi. Bukankah alasanmu yang pertama kali adalah itu? Menemukan seseorang yang tahu cara mencintaimu? Jadi, sebenarnya bukan itu? Sebenarnya hanya pada bahwa kamu tidak mencintaiku lagi? Atau apa, bagaimana? Aku tidak mengerti!
Dan mungkin puncak hujan deras di bulan Desember ini serasa mewakilkan semua keputusan ini. Tangisan ini lebih dari yang kamu lihat dulu, ketika sekarang kamu memutuskan untuk pergi sekarang, Desember 2011. Tangisan ini… Untuk tawa, untuk cerita, untuk rasa cinta dan rindunya untuk semuanya. Terimakasih telah mengajarkanku banyak hal selama ini.  Dan tangisan ini, juga tangisan 'kelegaan' untuk melepasmu. Ntah bagaimana melepasmu, aku belum pernah memikirkan cara untuk itu. Hey.. Bungamu yang dulu kamu berikan saat ulang tahunku. Kini sudah hitam, layu, kering, tak karuan. Mungkin bunga itu merasakan apa yang kini aku rasakan sekarang. Dan aku masih menyimpannya, kan?


Dan malam itu, di penghujung tahun 2011, ntah kenapa rasanya harus sesakit ini. Pangeranku, lelaki masa depanku pergi…….aku terisak, rasanya sakit sekali.

Aku tak mengerti apa yang kurasa
rindu yang tak pernah begitu hebatnya
aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu
meski kau takkan pernah tahu

aku persembahkan hidupku untukmu
telah ku relakan hatiku padamu
namun kau masih bisu diam seribu bahasa
dan hati kecilku bicara

baru kusadari
cintaku bertepuk sebelah tangan
kau buat remuk sluruh hatiku

(Dewa-Pupus)

Untuk mengobati rasa sakit ini, ntah butuh sampai kapan. Sampai kapan…..
Dulu setahun yang lalu, kamu ada disini menemaniku bercanda berdua tertawa lepas bahagia berdua dan berharap ini selamanya. Tapi kini, ntahlah semua hilang ntah kemana.
Mungkin benar..
"Suatu kali hidup melambungkanmu setinggi langit, kali lainnya hidup menghempaskanmu begitu keras ke bumi" - Autumn In Paris

Dan mungkin kini aku mengerti tidak ada cinta yang boleh berlebihan selain cinta kepada Allah SWT semata. Biarkan semua menjadi rencana-Nya semata. Dia yang mengatur kehidupan tanpa perlu menanyakan pendapatmu.
Apapun yang terjadi nanti, setelah kepergianmu ini.
Aku hanya menyerahkan pada Allah.
Doaku untukmu tidak akan pernah lupa, bahkan sebelum doa untukku sendiri. Oh tidak..doa ini bukan untuk agar kau menjadi milikku kembali, tidak sama sekali. Doa ini hanya semoga kamu bahagia dimanapun, kapanpun dan bersama siapapun. Hanya itu doaku untukmu..
“Selama dia bahagia, aku juga akan bahagia. Sesederhana itu.”
— Ilana Tan - Autumn In Paris

Dan kali ini aku merenung, menulis ini dengan tetes demi tetes air mataku karena kembali mengingat tentangmu.

Malam ini, Januari 2011.. Sebuah pesan singkat dari sahabatku..

“Dia yang kamu kenal bukan lagi dia yang kamu kenal dulu, jangan terus melihat ke belakang, memang menyakitkan, tapi mau sampai kapan buang-buang waktumu untuk terus mengingatnya? Masa depanmu masih panjang kamu masih muda. Hidupmu ini penting. Allah selalu ada di sisi kita. Allah selalu tahu yang terbaik bagi hamba-Nya. Kamu masih punya banyak orang yang sayang dengan kamu. Allah ingin kamu belajar, belajar tentang mengikhlaskan”

Mungkin suatu saat nanti… semuanya sudah tidak sama lagi. Kamu rindu momen-momen itu, tapi tidak ingin kembali lagi ke momen itu. Hanya rindu, hanya kenangan. Bukan untuk dilupakan atau dihilangkan, hanya untuk sesekali menengok ke belakang, tapi bukan untuk menetap di sana. Suatu saat nanti, tidak akan pernah ada yang tau apa yang akan terjadi. Seperti sekarang saat skenario Tuhan mengatur kita seperti ini. Mungkin..manusia boleh berencana tapi mutlak, Tuhan yang berhak berkehendak atas semuanya. Ya apapun. Bahkan kebahagiaan yang mutlak. Seperti kisahku, aku dan dia, juga kisahku, aku dan hidupku. Semua memiliki jalannya tersendiri.
Kamu pasti ingat kan indahnya kupu-kupu berasal dari seekor ulat?
Indahnya pelangi selalu datang setelah hujan?
Begitupun pagi yang cerah, pasti harus melewati malam yang kelam.
Semua ada waktunya. Semua memiliki kebahagiaan masing-masing.

Bila hujan tak mampu menghapus sosokmu dalam ingatanku, biarlah waktu yang mengikis dirimu dalam sel memoriku. Meski rasa untukmu masih begitu mengental dalam perasaan ini. Biar ruang dan waktu yang berusaha menetralkannya kembali.
"aku tidak akan melupakan dirinya, tetapi aku harus melupakan perasaanku padanya" - Autumn In Paris

Dan mungkin bila nanti kita kan bertemu lagi
Satu pintaku jangan kau coba tanyakan kembali
Rasa yang ku tinggal mati
Seperti hari kemarin saat semua disini
(Peterpan-Mungkin Nanti)

Roda kehidupan terus berputar.
"tidak ada satupun kehidupan yang sempurna di dunia ini"-here,after

This Is For You #part3

Aku belum menyerah.
Aku masih menunggu lelakiku kembali seperti dulu lagi.
Entah apa yang aku rasa..seakan menyeruakkan kenangan yang dulu. Setahun yang lalu.
Ketika ponselku bergetar.

kau mau aku apa, pasti kan ku beri
kau minta apa, akan ku turuti
walau harus aku terlelap dan letih
ini demi kamu sayang
aku tak akan berhenti
menemani dan menyayangimu
hingga matahari tak terbit lagi
bahkan bila aku mati
ku kan berdoa pada Ilahi
tuk satukan kami di surga nanti

tahukah kamu apa yang ku pinta
di setiap doa sepanjang hariku
Tuhan tolong aku, tolong jaga dia
Tuhan aku sayang dia
Seekor kelinci berlari mencari kekasihnya, dia tersesat karena tak kunjung menemukan kekasihnya. Sayang tlong balas sms ku, aku sayang banget sama kamu sayang..jangan tinggalin aku :’(

Sebuah lirik lagu dengan sedikit tambahan kata-katamu, saat aku sedang marah padamu, saat aku tak membalas sms mu saat kamu mengkhawatirkanku dan saat aku mengenangnya saat ini. Siapa yang tidak tersentuh sayang? Dengan kata-kata seperti itu, sudah pasti aku memaafkanmu. Setahun yang lalu. Ya setahun yang lalu.
Masih saja malam ini aku memikirkan lelakiku kembali. Bias sinar wajahnya seakan memasuki ruang dalam sudut memoriku yang paling dalam.
Ketika pertama kali kamu suka menonton FTV karenaku, ketika aku ingin dibelikan kalung lumba-lumba yang lucu itu lalu kamu tidak menemukan. Kamu tetap menggantinya dengan kalung panah dan cinta. Kamu yang memakaikan untukku? Yang tanda panah? Benar kan? Kalau kamu sudah tidak ingat aku akan berusaha untuk mengingatkannya.
Dan, aku tidak akan melupakan saat kamu memberikan kado valentine terspesial untukkku, coklat yang kamu buat sendiri yang kamu hias sendiri kotaknya dan kamu kemas sedemikian cantik, meluluhkanku. Tidak bisa berkata apa-apa, aku bahagia.
Yang selalu kamu ucap di setiap sms saat hari spesial kita, hari spesialku, hari spesialmu, atau kadang hanya sekedar kamu selipkan dalam pesan singkatmu untukku. Semoga ini selamanya sayang, everlasting ya, semoga kita seperti dua magnet yang ujungnya bila disatukan tidak akan pernah bisa terlepaskan, my angel.
Ketika dulu kamu bangga memamerkan hasil curianmu di fb-ku, ya fotoku. Semua kamu simpan dalam folder handphonemu, kamu sangat marah bila ada yang menghapusnya. Termasuk aku. Itu manis sekali.
Bahkan ketika saat itu, saat kita sudah berbeda sekolah kamu menjemputku lalu mengajakku berteduh saat hujan turun dengan derasnya, di sebuah pertokoan kecil kamu menarikku untuk duduk saat itu, lalu dengan gayamu yang khas itu kamu membisikkan kata sandi hapemu bahwa  itu hari jadian kita. Saat kamu menunjukkan wallpaper handphone kamu yang selalu saja wajahku, begitu saja rasanya kamu sangat bahagia kan. Waktu itu.
Yang aku suka dari jaketmu, yang aku suka dari kamu saat aromamu yang sangat khas selalu menusuk hidung, langsung ke hati. Kau mengerti? Itu salah satu memori yang berusaha kulupakan kini, ketika aku harus menutup hidung saat ada orang yang memakai parfum persis sepertimu, aku tersiksa karena harus mengingatmu kembali.
Kamu selalu tidak pernah mau melukai perasaanku, kamu yang selalu menjaga hatiku, kamu yang mengisi lembar tiap lembar catatan hidupku. Dan kamu, yang selama ini sangat aku cintai.

**********************************************************************************
Hari terakhir di lembar ke 16.

Rasanya sudah jauh berbeda, tetapi tetap sama. Bukan lelakiku yang dulu.
Sudah tidak ada lagi tawa lepasnya, tidak ada lagi senyum manisnya. Bahkan tidak ada sekedar pesan singkat “Selamat pagi” dari lelakiku.
Berusaha memendam rasa sakit ini, aku lebih banyak diam. Tapi kuakui begitu sulit mengontrol emosi hingga kadang persaan ini meluap menjadi satu dan tumpah dalam kemarahan. Tapi ini beda, ini berbeda. Ini adalah kemarahan penuh kesesakkan. Sepertinya telah menjadi onggokkan yang menyumbat tenggorokan dan membuatku begitu sesak.
Aku tidak tahu tetap tidak tahu.
Atau aku begitu naif ? Untuk sekedar mengakui bahkan mengerti apa yang sebenarnya sedang dia lakukan padaku. Apa yang sebenarnya terjadi.
Ini air mataku menetes, saat tidak lagi kamu mengucapkan selamat malam selamat tidur mimpi indah atau bahkan untuk sekedar mengatakan kalimat-kalimat indah padaku setiap malam. Kini yang kurasa hanya sesak sesak dan begitu menyesakkan tiap kali harus berbicara denganmu.
Setiap kali harus mengambil nafas panjang lalu menyimpannnya dalam dada, tidak bisa diungkapkan.
Semua cara sudah kucoba bahkan untuk meyakinkannya bahwa aku sangat mencintainya, Tapi dasar lelakiku keras kepala dia tetap diam, dia bilang dia tidak ingin menyakitiku.

Ingin sekali aku memaki. Meski anehnya tetap tak bisa kulakukan, sekalipun dalam hati.
Apa duri bisa tumbuh dalam hati tanpa akar, kawan?
Aku tetap tidak mengerti.
Atau mungkin dia disana juga merasakan sakit yang sama karenaku?
Lagi-lagi, aku tetap tidak mengerti.
Bahkan untuk sekedar mengatakan apa perasaanku saat ini, aku tetap tidak mengerti.
Lelakiku sibuk dengan dunianya, lelakiku sibuk dengan kehidupan barunya disana. Aku tidak melarang, tidak sayang. Bahkan setiap kali teman-temanmu itu mencibirku aku tetap berusaha tegar. Kamu tentu tidak tahu? Ketika aku terlihat marah, bahkan ketika kamu sudah jengkel sekali kepadaku. Sebenarnya aku memilih untuk tidak mengatakan semuanya. Memang dulu aku bilang kamu berubah, kamu tidak seperti dulu lagi tapi lagi-lagi kamu tetap mengelak. Atau kamu akan mengatakan aku akan berusaha menjadi seperti dulu lagi.
Kamu pernah menangkapi setiap tetes air mataku yang jatuh, menyulapnya, mengeringkannya, dan mengubahnya menjadi tawa.
Tapi..
Kini kamu mengubah tawa itu menjadi tetes air mata, sedikit demi sedikit. Perlahan-lahan.
Dengar ya. Aku tidak pernah menyalahkanmu lelakiku, bahkan untuk membenci perbuatanmu. Tidak sama sekali. Tapi kamu terus berkata “Maaf aku tidak bisa menjadi yang terbaik bagimu, maaf aku selalu menyakitimu.”
Selalu maaf. Sayang, maaf tidak akan pernah merubah segalanya bila kamu tidak berusaha. Bahkan berusaha memperbaiki pondasi yang mulai pupus kini tidak kamu lakukan kan?
Kamu tahu saat dulu kamu memberikan jaketmu kepadaku, kamu mengusap air mataku? Kamu memelukku. Menjagaku dalam setiap detik saat itu. Harusnya kamu mengerti perasaan ini, hanya ingin kamu sedikit kembali seperti dulu sayang….
Cuma karena sepi diartikan mati, dan luka tak boleh ada, maka manusia berpikir sudah menemukan. Entah apa…Padahal aku lelah..Dan aku telah sampai dimana aku menoleh dan menyadari..bahwa aku tak pernah menemukan apa-apa. (Cinta Pertama)

Jumat, 27 Januari 2012

This Is For You #part2

Semua terasa begitu cepat, detik menit jam seperti melewati batas wajar kecepatannnya. Wajahmu, ekspresimu, caramu memperlakukan aku selalu terngiang dalam ingatan dan hatiku. Bagaimana mungkin kita kini dipisahkan. Apa aku bisa? Aku terbiasa bersamamu dalam setiap waktu, bahkan rasanya ragamu jiwamu sudah menyatu dalam tubuhku.
Dan benar hal yang paling memilukan ketika kenyataannya kita berbeda sekolah, kita tidak bersama lagi, ini kenyataannya. Aku semakin gelisah semakin takut. Tapi lagi-lagi kamu berkata

Kita pasti bisa ketemu kok, kamu berdoa ya”
“Aku takut kamu hilang…aku takut kita ngga jodoh”
“Makannya berdoa..kalau jodoh ngga akan kemana aku juga udah janji ngga bakal ninggalin kamu, aku setia sama kamu dan aku ngga akan hilang sayang”
“aku takut sayang”
“Ngga ada yang perlu ditakutkan, jangan gelisah aku disini sayang..”

Dan seperti biasanya, kamu tenang. Kamu lebih dewasa. Iyakan?

                Kita memang berbeda sekolah, tapi hanya dalam satu kota. Walaupun begitu aku tetap saja takut, aku tidak terbiasa jauh darimu..tidak terbiasa..

1tahun3bulan, kita masih bersama..tepat di hari ulang tahunku.
Kamu datang ke perayaan ulang tahunku bersama teman-teman, sahabat, orang tua dan anak-anak panti asuhan itu. Kita bersama. Kamu masih lelakiku.
Dua hari setelah itu kamu memberikan surprise bersama teman-temanmu, aku tidak mengerti apa yang akan kamu lakukan saat itu, aku tidak mengerti ternyata kamu menyiapakan kue tart bertuliskan kamu cinta aku, kamu beri aku bunga, kamu beri aku boneka anjing putih besar dan kamu berkata “Ini anjing lagi, biar pas dulu aku juga pernah kasih anjing ke kamu biar beranak pinak”
Leluconmu saat itu benar-benar mampu meluluhkan aku. Surprisemu itu, seakan menghentikan badai dan mendatangkan kesejukan baru. Kamu mampu membuat duniaku berbeda.

                Setelah itu…aku baru merasa sebentar lagi kita masuk sekolah. Kamu dan aku masuk di dunia baru. Masa-masa SMA. Sayangnya tidak akan pernah ada lagi yang mengintip aku di kelasku melalui celah pintu kelas saat guru mengajar, tidak ada lagi yang mencuri-curi kesempatan untuk melihat aku, tidak ada yang rela menunggu aku keluar kelas bimbel, tidak ada lagi keseruan saat kita menghabiskan waktu bersama di sekolah, beretemu di kantin lalu tersipu atau pacaran diam-diam di lorong sekolah, kamu menggodaku dan aku menggodamu. Kini kita akan jarang bertemu, tapi aku masih percaya kata-katamu dulu “Kamu untuk aku dan aku untuk kamu, kita pasti bisa ketemu, semoga kita jodoh”

                Kamu masih sering menjemputku setiap sabtu sepulang sekolah, kamu masih sering mengirim pesan singkat ke dalam handphoneku, menyemangatiku, memberiku perhatian. Mengucapkan selamat tidur setiap malam.
                Kamu juga masih menyempatkan diri untuk menemuiku, atau untuk sekedar menjemputku di sekolahku lalu mengajakku makan atau sekedar jalan bareng.

Lembar ke 16 bulan dalam hubungan kita…

Sudah kukatakan sebelumnya, inilah diriku, yang selalu mencintaimu tanpa ada cela satupun. Sudah kujelaskan, bahwa apapun akan kuserahkan hanya untukmu. Namun….

Namun sekarang.. Yang kumiliki hanya jiwa. Ragaku sudah tak bersamaku lagi. Aku sudah terlalu lelah dengan semua ini. Mungkin, inilah akibat aku terlalu mencintainya. Oh, tunggu… Cinta? Apa yang kutau tentang cinta? Apakah aku benar-benar memilikinya? Apakah selama ini aku sudah terbunuh oleh cinta semu?

Tapi kemudian aku bertanya-tanya, sebenarnya cinta yang indah seperti yang dia bilang itu cinta yang bagaimana ? dan seperti apa ? Kenapa cinta yang kurasakan saat ini terasa begitu berbeda dengan cerita tentang cinta sebelumnya ?
Cintaku ini menyesakkan. Rasanya seperti tidak ada matahari di bulan Juni, dan digantikan oleh tetesan hujan bulan Desember yang terasa turun setiap hari. Dingin dan membekukan. Membuat saraf ini mati rasa.

Lelakiku sudah berubah, dia bukan lelakiku. Tidak ada lagi pesan singkat darinya, tidak ada lagi suapan romantis darinya untuk aku yang manja ini. Bahkan saat dia menjemputku pulang sekolah itu tidak dari hatinya, karena dia sibuk. Ini yang kutakutkan. Dan terjadi sekarang.

Lelakiku kasar, lelakiku bukan yang dulu. Semua terasa berbeda dan tak sehangat dulu, dia bilang aku tidak dewasa, aku berlebihan. Tapi bukankah itu tidak menjadi masalah baginya dulu? Apa aku yang keterlaluan? Kenapa kamu tidak mengatakan ini dulu, jauh sebelum perasaan ini menyatu terlalu dalam. Kenapa baru sekarang kamu berubah? Menjauh dariku tapi kamu berkata ini karena sekolahmu benar-benar tak punya waktu luang. Aku berusaha memahami, memafkanmu bahkan ketika kamu mulai membentakku dengan kasar. Aku hanya berfikir bahwa kamu sedang lelah dan kamu marah demi kebaikanku juga. Aku berusaha tetap mencintaimu.

Tapi kenapa makin lama rasanya begitu menyesakkan, pertama kalinya kamu melupakan tanggal jadianku denganmu, hal yang sangat tidak kusangka bakal kamu lakukan. Aku berpikir kamu lupa karena sibuk pada sekolahmu itu.

Aku mencoba menghubungimu malam itu, tapi kamu seperti tidak suka denganku. Kamu menjawab asal. Tidak ini bukan lelakiku, mungkin dia sedang lelah. Aku menangis malam itu, entah kenapa rasanya seperti ada sebuah duri kecil yang menembus kulit. Membuat perih. Namun sayangnya kau tidak tau di bagian mana duri itu menancap. Lalu membiarkan duri itu tetap di dalam, sakit dan berdarah. Luka yang tak terlihat. Menyakitkan.

When you're gone
The pieces of my heart are missing you
When you're gone
The face I came to know is missing too

When you're gone
The words I need to hear to always get me through
The day and make it ok
I miss you

(Avril Lavigne- When you’re gone)

This Is For You #part1

This is for you


………all walks of life
has a secret

Have you ever felt?
fall in love too deeply and lost?

Pernah kamu ingat? Saat kita pertama kali bertemu, kamu menggodaku bersama lelakiku dulu, aku menggodamu bersama wanitamu dulu. Dulu. Satu tahun yang lalu.
Saat kamu bersama wanitamu, aku bahagia bersama lelakiku lalu roda kehidupan berputar dan aku bersamamu. Lucu, saat melihat dulu kamu menggodaku dengan lelakiku lalu kini kamu yang menemaniku, kamu yang menggantikannya. Hidup memang terlihat lucu bukan?
Lalu ingat saat kamu mendekatiku. Aku salah tingkah, gelagapan hingga pop ice rasa strawberry kesukaanku dulu meluber dari mulutku, memalukan. Lalu kamu tertawa. Indah sekali.
Saat teman-temanmu dulu menggoda kita, memasang masangkan kita. Hingga pada bulan itu kamu menawarkanku sebuah penawaran yang romantis sekali. “Maukah kamu menjadi kekasihku?” Lalu aku tersenyum kecil, tidak menolak.

Pertama kali setelah aku menerima cintamu, kamu mengajakku untuk pulang bersamamu, aku wanitamu saat itu. Saat itu, ketika harus berjalan kaki bersamamu tanpa kendaraan yang kamu miliki sekarang. Menyenangkan bukan? Ketika kamu menawarkan untuk membawakan buku-bukuku yang terlihat berat lalu aku tersipu malu dan mengatakan “Tidak usah”. Lalu kamu memaksa dan aku memberikannya. Kamu menunggu angkutan, menunggu aku naik lalu mengucapkan “Hati-hati di jalan” lalu kamu melambaikan tangan. Seperti itu saja sudah buat aku melayang.
Lalu saat ada semut di krah seragammu, lalu aku tak berani menyingkirkannya. Hingga saat semut itu akan menyelinap masuk dalam lehermu aku berani untuk mengatakan “Itu ada semut” lalu kamu menyingkirkannya, dan tersenyum kepadaku. Ini hal kecil yang mungkin telah kamu lupakan, tapi memori otakku terlalu sulit untuk melupakan bagian kecil ini.
Kamu tahu aku tak berani menyebrang lalu kamu antarkan, saat pertama kamu memegang tanganku. Saat itu, seperti angin yang datang pada musim panas. Dan sahabat-sahabatku melihat dari jauh lalu menunjuk kita, dan kita tersipu malu dan lanjut berjalan. Hey, apakah ini juga kamu lupakan? Kalau tidak terimakasih masih mengingatnya.

Pertama kali kamu mengajak aku ke sebuah tempat yang indah. Kamu ingin meletakkan moment pertama yang indah dalam hatiku dan dalam otakku yang paling dalam. Kamu tentu tidak melupakan ini. Saat kita berdua bersama di tempat itu, tempat pertama kita. Aku selalu mengingatnya bahkan ketika kamu berusaha menghapusnya. Saat aku berusaha memotret kamu dengan kamera ponselmu merek Sony keluaraan lama, lalu kamu berusaha menghindar dan marah kecil saat aku berusaha mengambil gambarmu. Ugh..ekspresimu saat itu masih membekas.
Ohya, itu saat kamu sudah punya kendaraan bukan? Kamu senang karena bisa mengantarkanku, kamu bahagia. Dan aku bahagia juga tentunya, karena bahagiamu bahagiaku.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Benar kan saat bangun pagi pada saat dulu itu, terasa berat sekali karena mimpi indah akibat keromantisan sms mu semalam. Dengan nama kontak yang sangat lucu hasil karanganku, kamu selalu memanggilku dengan sebutan itu. Aku kreatif, kamu tidak. Haha. Masih terasa lucu.
Saat di sekolah, aku melihatmu dari pintu kelasmu kamu melihatku. Berharap bel pulang dibunyikan lebih cepat agar bisa menemuimu lebih cepat tentunya.
Aku masih ingat bahkan pertama kali kita pulang malam bersama saat kita duduk di bangku kelas 8 SMP, saat itu kamu menjemputku sehabis buka bersama. Kamu menyetir dengan cepat lalu aku merangkulmu. Kamu masih ingat bahkan dimana tempatnya? Yakan?
Saat kita terasa lebih dekat saat kita sudah lama bersama, tanpa terasa.. ya tanpa terasa waktu begitu cepat. Hingga sampai pada hari ulang tahunku dan 3 bulan kita bersama, kamu menghadiahkan sebuah boneka kucing yang tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar, dengan kumis lucu sekali, warna kuning. Kamu tentu berharap aku menyukainya bukan? Aku sangat menyukainya, sayang. Walaupun kamu memberikannya terlambat kurasa itu bukan sesuatu yang penting. Saat ulang tahunmu aku juga menghadiahkan terlambat kan. Dengan secarik kertas bertuliskan cinta di dalamnya, yang selalu kamu simpan dalam meja belajarmu yang kamu amankan agar tidak rusak. Kamu selalu menyukainya. Itu kertas favoritmu saat itu.
                Kamu selalu membuat dunia terasa indah, kamu yang selalu membuat tidak ada hujan di bulan Desember, semua tergantikan oleh pesona matahari di bulan Juni.


                *******************************************************************
Setahun..
Happy Anniversary..
Kamu beri aku surprise sebuah boneka anjing yang matanya sebenarnya dua tapi karena bulunya tebal jadi terlihat seperti satu. Kamu tertawa karena ini kan waktu itu?
Waktu itu kamu suruh aku menutup mataku? Lalu TARA! Kamu menaruh boneka itu dengan angun sekali saat kita makan di sebuah restoran.
Setahun..
Banyak yang berubah, kini aku mengenalmu lebih dekat
Aku mengenal keluargamu, aku mengenal karaktermu, aku mengenalmu lebih dari dulu yang aku tahu, setahun yang lalu.
                Kamu tidak berubah, masih mencintaiku. Masih setia kepadaku. Masih menyayangiku tulus cinta seperti dulu. Kamu bilang aku berbeda bukan? Kamu bilang aku istimewa, aku segalanya. Kamu buat aku seperti putri saat itu. Aku mencintaimu.
Aku bahagia dengamu, Bersama kamu, dengan kamu, dengan janjimu yang menjanjikan itu aku berharap, aku bermimpi dan betapa indah bila mimpi itu diwujudkan bersama kamu. Benar, pelan pelan aku merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin sejuk, aku semakin bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi.
Tapi tahukah kamu sebenarnya rasa itu sudah terasa berbeda semenjak setahun hubungan kita? Terbawa oleh nafsu, aku tak merasakan sayapku yang mulai tertempel salju, makin lama makin tebal. Lalu hanyut dalam tumpukan salju itu.
Lalu saat kita mulai harus fokus pada Ujian Nasional, kita break, aku merasa jauh dari kamu tapi kamu meyakinkanku “Ini hanya sementara, sayang”. Aku percaya kamu dan kamu tidak mungkin meninggalkanku.
Dan.. ingatkah saat momen ujian nasional selesai begitu menyenangkan, lalu kita berlibur ke Bali. Terlalu banyak yang harus diingat disana, saat kita naik boat bersama, disana berdua, menghabiskan waktu bersama. Tapi bagiku ada momen terselip disitu, momen yang sangat membuat lidahku kelu, tak tau harus berkata apa. Saat kamu menemaniku di kapal, saat aku sakit kamu menjagaku. Kamu bersamaku. “Tenang sayang ada aku disini”.
Kamu menjagaku bahkan ketika sampai di Malang, handphone ku tak berhenti berdering sms dari kamu telfon dari kamu yang menanyakan kabarku. Saat aku tidur dan sahabatku yang membalasanya. Ketika aku turun dari bis kamu menjemputku, menungguku sampai Ayah menjemputku. Kamu sendiri belum pulang, kondisimu sendiri tidak terfikirkan. Aku tetap aku yang kamu dahulukan. Itu kebiasaan burukmu sayang.
Aku selalu mengingatnya, saat kamu harus melepas jaketmu untukku, agar aku tidak kehujanan. Saat kamu marah sekali kepadaku karena aku tidak mau memakai mantel, saat kamu rela memegangi kakiku smbil menyetir motor ketika aku ketiduran di motormu waktu aku kelelahan, saat kamu selalu menarik hidungku menjahili aku dengan tingkah lucumu, saat kamu menyuapi aku dengan manja, saat kamu harus bermain lempar botol saat pameran kelas untuk membuatku tertawa, saat kamu menemaniku kemana pun.  Saat kamu selalu ada di sisiku, saat kamu cemburu, saat kamu membuatku tertawa, saat kamu mencuri pandangan ke arahku di setiap saat kiat berjumpa, saat penampilan musik di sekolah kamu memotretku pdahal kamu tahu penampilanku jelek, kamu selalu menyemangatiku kamu ada buatku, saat kamu rela kakimu aku injak agar sepatuku tidak kotor saat kita berteduh di tanah becek dan saat semuanya..saat kita buka bersama.. saat aku ke rumahmu bersama kakak sepupumu untuk liburan bersama. Saat semuanyaaaa, semuanya sayang. Terlalu banayk untuk aku tulis, berlembar-lembar tidak akan mampu menuliskan semuanya. Bahkan angin di bulan Januari ini itu adalah rinduku untuk saat-saat bersamamu. Bersamamu.

Dan saat-saat kelulusan semakin dekat, aku semakin takut… Aku semakin takut jauh darinya, aku semakin takut dengan perpisahan ini…

Saat wisuda pun tiba. Ini terakhir aku bertemu dengan kamu, terakhir kita bersama, kita bertemu walaupun kamu berkata “Tenang sayang, tenang kita pasti ketemu kok walaupun kita beda sekolah nantinya”. Aku tidak bsia tenang, keraguan ini masih menerobos dalam dinding-dinding penguat ini. Sedih rasanya, harus berpisah. Tapi apa yang bisa kuperbuat? Selain menerimanya. Huh aku menghembuskan nafas..
Tapi aku senang saat setelah momen wisuda itu kita masih bertemu untuk mengambil SKHU di sekolah, aku melihatmu lelakiku yang kurindukan. Masih ingat kan saat aku memberikan bola-bola cokelat spesial bikinanku lalu kamu memakannya dengan lahap? Karena kamu bilang eini enak karena dibuat dengan cinta. Aku bahagia sekali..sebelum akhirnya kita benar-benar harus pulang saat itu. Tidak, kita tidak akan bertemu lagi dalam satu sekolah. Kita tidak akan sedekat dulu lagi kekasihku, lelaki perkasaku. Kita tidak akan bisa seperti dulu lagi. Tapi lagi-lagi kamu bilang bahwa semua akan baik-baik saja dengan lelah aku berusaha mempercayainya. Aku berusaha dengan tetesan air mata perpisahanku saat itu.

Rabu, 04 Januari 2012

Move On - Bangkit

Mungkin, salah satu hal yang susah dilakukan di dunia ini adalah melepaskan sesuatu yang bukan untukmu.


Tetapi mungkin juga sebenarnya, kamu hanya harus belajar tersenyum dan tertawa seperti biasa. Hanya saja kali ini tanpanya dan bukan lagi karenanya. Kali ini benar-benar karenamu sendiri dan karena kamu bahagia menjadi apa pun kamu, bersama siapa pun yang memang untukmu nanti.

Karena pada akhirnya, mau tidak mau, kamu hanya harus menyadari bahwa kalau memang bukan untukmu, mau dipikirkan dan diusahakan seberat apa pun juga, tetap tidak akan menjadi milikmu. Tapi mungkin kamu baru bisa melepaskan dia setelah menyadari itu.

Dan pada akhirnya juga, pelan-pelan, kamu akan melupakan. Pelan-pelan, ingatanmu tentang dia akan memudar. Pelan-pelan, kamu hanya akan mengingatnya kapan-kapan. Itu pun kebetulan ketika kamu melihat foto dia atau ada teman yang menanyakannya. Tapi pelan-pelan. Pelan-pelan. Yang banyak tidak dimengerti orang adalah 'pelan-pelan'nya.

Mulailah dengan tidak mengingat sama sekali tentangnya dan berhenti juga mencari tahu tentangnya. Tetap, pelan-pelan.

Pada momen ini, jangan dulu sering menengok ke belakang. Terus saja berjalan. Terus saja. Pada akhirnya nanti, akan sampai pada satu titik yang membuat kamu nyaman. Titik dimana ketika kamu menengok lagi ke belakang, semuanya sudah tidak sama lagi. Kamu rindu momen-momen itu, tapi tidak ingin kembali lagi ke momen itu. Hanya rindu, hanya kenangan. Bukan untuk dilupakan atau dihilangkan, hanya untuk sesekali menengok ke belakang, tapi bukan untuk menetap di sana. Just keep moving.
Karena bagaimanapun juga, jangan lupa, hatimu yang harus dijaga, bukan lukanya. Jangan lupa juga, bahagiamu yang harus dijaga, bukan keterpurukannya. Jadi, terus saja berjalan. Kalau tidak, kamu akan ketinggalan.

Karena bahagia selalu menemukan jalan untuk tetap sampai ke tempatnya. Dari arah mana saja, ke arah mana saja.

Angkat lagi kepalamu, bangun lagi bahagiamu, lepaskan 'reruntuhan' apa pun itu. 
Kita masih punya waktu. 
Kita selalu punya waktu. 

Maybe there's nothing wrong, maybe you just have to move on.

dari: namarappuccino

Minggu, 01 Januari 2012

Review Manusia Setengah Salmon



Judul                : Manusia Setengah Salmon
Penulis             : Raditya Dika
Penerbit           : GagasMedia
ISBN                 : 979-780-531-9
Tebal                : 258 halaman
Harga               : Rp. 42.000,- untuk pembelian di toko buku terdekat


beberapa foto absurd saya dengan MSS

ini dia pembatas buku paling aneh 

Manusia Setengah Salmon adalah buku terbaru Raditya Dika yang baru resmi dilaunchingkan pada tanggal 24 Desember 2011 kemarin. Well, aku baru beli buku ini sekitar 4 harian yang lalu maybe karena kehabisan, Yak. dimulai dari  waktu lagi jalan2 sama mbak saudaraku ke MOG, mbak saudaraku minta dianter ke sebuah toko buka Tisera, kita emang nggak ada planning buat beli buku Bang Dika hari ini di toko ini, tapi sekedar tanya di toko itu, ternyata udah amblas lho.

Besoknya niatku sama mbak adalah buat ke Gramedia Basuki Rahmad, dan apa yang terjadi? HABIS! Great, kesalahan adalah tidak menelpon dulu sebelum berangkat. Dan yang namanya orang ngebet pasti bakal bela-belain demi yang dia pengen dan akupun...Ke gramedia matos. Msih tetap bersama mbakku. Dan mungkin  kenyataan berkata Bukan hari ini.

Paginya masih tetap dengan kengebetanku, aku memutuskan buat nelpon gramedia Basuki Rahmad dan manusia setengah salmon itupun ada! Berangkat, capcus langsung beli :D  
Manusia Setengah Salmon #BestSeller1 -gramediabasukirahmad

Kembali ke Manusia Setengah Salmon. Dan dengan segala keabsurd-tannya.
Manusia Setengah Salmon adalah kumpulan tulisan komedi Raditya Dika. Sembilan belas bab di dalam bercerita tentang pindah rumah, pindah hubungan keluarga, sampai pindah hati.
Banyak bab disini yang menurutku sangat menarik. Raditya Dika mengupas sisi kehidupannya dengan cara yang berbeda, yang mudah dimengerti untuk semua kalangan, dan itulah yang membuat ciri khas dari buku-bukunya. Gaya Bahasanya. Cara dia menyampaikan pada pembacanya.

Ini dia bab favouriteku: Sepotong Hati Dalam Kardus Coklat, Bakar Saja Keteknya, dan Kasih Ibu Sepanjang Belanda; Most favourite. tentu saja bab Manusia Setengah Salmon.

Di dalam buku ini ada beberapa quotes dan beberapa potongan kalimat yang menurutku juga sebuah perumpamaan kalo kita nelaah maksudnya lebih dalam, menurutku,

Ini dia beberapa quotes dan kalimat yang pas bgt, menurutku:

  • Harga diri lebih penting daripada sakit hati -hal 22
  • Mungkin itu masalahnya, pikir gue. Seperti rumah ini yang jadi terlalu sempit buat keluarga kami, gue juga menjadi terlalu sempit buat dia. Dan, ketika sesuatu sudah mulai sempit dan tak nyaman, saat itulah seseorang harus pindah ke tempat yang lebih luas dan (dirasa)cocok untuk dirinya. -hal 29
  • Putus cinta sejatinya adalah sebuah kepindahan -hal 36
  • Ujung-ujungnya sama:kita harus maju, meninggalkan apa yang sudah menjadi ruang kosong. -hal 36
  • Ya, sudahlah. Kenangan-kenangan yang memaksa untuk diingat itu harus dipaksa masuk ke kotak. -hal 37
  • Sugiman harus tahu bahwa dia bau. Dan, gue harus sayang sama kesehatan paru-paru gue sendiri. -hal 62
  • Kadang-kadang, emang terlalu baik juga enggak baik -hal 102
  • Semakin tua umur kita semakin kita ingin mandiri dari orang tua -hal 105
  • Sebaiknya, semakin bertambah umur kita, semakin kita dekat dengan orang tua kita. -hal 133
  • Sesungguhnya, terlalu perhatiannya orang tua kita adalah gangguan terbaik yang pernah kita terima. -hal 134
  • You can't always get what you want, but if you try sometimes you just might find you get what you need -hal 161
  • "Caranya terbebas dari jomblo friksional?" "Ya, move on". -hal 172
  • The pains of growing up. Pindah menjadi dewasa berarti siap menghadapi rasa sakit dan melihat hal-hal yang menyakitkan itu sendiri. -hal 203
  • Percayalah, ngeden sambil senyum itu enggak matching. -hal 218
  • Karena perjuangan untuk pindah adalah perjuangan untuk melupakan. -hal 244
  • Karena, orang terbaik buat kita seperti rumah yang sempurna. Sesuatu yang bisa melindungi kita dari gelap, hujan, dan menawarkan kenyamanan -hal 245
  • Perjalanan salmon-salmon ini tidak gampang. -hal 253
  • Namun, salmon-salmon ini tetap pergi apapun yang terjadi. -hal 253
  • HIDUP penuh dengan ketidakpastian, tetapi perpindahan adalah salah satu hal yang pasti -hal 255
  • Gue jadi berpikir, ternyata untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, gue gak perlu jadi manusi super. Gue hanya perlu menjadi manusia setengah salmon:berani pindah. -hal 256
  • Mungkin, gue hanya perlu mencari kebahagiaan-kebahagiaan kecil diantara semua perpindahan ini -hal 258
Menurutku :)
Well, sebenarnya hidup ini adalah bagaimana berani untuk pindah. Pindah menjadi lebih baik. Orang yang mulai dewasa adalah orang yang mampu membuat keputusan untuk pindah dan berani menanggung segala resiko atas kepindahannya itu. Dan lagi, hidup ini hanya untuk orang yang berani.


Dan pindah berarti butuh berjuang -saya

-Sekian :)